Program Studi Arsitektur Lanskap (Prodi ARL) membuat sebuah gebrakan untuk meningkatkan pengetahuan sumber daya manusia di lingkungan internal program studi, terkait dengan kegiatan pengabdian masyarakat. Gebrakan itu yaitu pelaporan kegiatan pengabdian masyarakat dengan cara presentasi kepada sesama dosen ARL tentang output kegiatan yang telah dilakukan. Selama ini kegiatan pengabdian masyarakat dilakukan swadaya oleh para dosen sehingga tidak ada kewajiban pelaporan terkait kegiatan yang telah terlaksana. “Selama ini Prodi ARL terkenal dengan banyaknya publikasi penelitian di jurnal nasional setiap tahunnya. Padahal dosen kami juga cukup aktif melakukan pengabdian” Ujar Priambudi Trie Putra selaku Kaprodi Arsitektur Lanskap. Kegiatan presentasi internal ini memiliki dampak positif selain untuk mendokumentasikan kegiatan di prodi, juga dapat menambah pengetahuan para dosen terkait fenomena, metode, dan pendekatan baru jika akan dilaksanakan kegiatan pengabdian selanjutnya. Kegiatan presentasi hasil ini akan rutin dilaksanakan pada akhir tahun. Sistemnya pun bergilir, dalam hal ini tidak pada hari yang sama. Tujuannya agar pelaksana pengabdian juga dapat fokus menerima masukan dari dosen lain karena Prodi ARL menargetkan bahwa hasil pengabdian tidak hanya selesai begitu saja. Prodi ARL berharap hasilnya dapat diterbitkan di jurnal nasional dengan focus and scope di bidang pengabdian. Dengan adanya brainstorming dari para dosen, pelaksana dapat lebih mudah dalam menyusun draft jurnal.
Pada kegiatan presentasi di minggu pertama Desember, dosen yang memperoleh kesempatan pertama untuk mempresentasikan kegiatan pengabdian yang telah dilaksanakan yaitu Ray March Syahadat. Adapun judul kegiatan pengabdian yang dipresentasikan di lingkungan internal yaitu Memperkenalkan Lanskap Pertanian kepada Milenial Sambas. Kegiatan ini dilaksanakan di Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat pada bulan oktober 2018. Dasar pemikirian kegiatan ini adalah tidak dapat dipungkiri bahwa minat generasi muda di bidang pertanian semakin menurun. Generasi milenial saat ini lebih tertarik pada dunia virtual tidak terkecuali milenial di Sambas. Padahal selama ini Kabupaten Sambas terkenal sebagai kabupaten pertaniannya Kalimantan Barat. “Kebetulan sejak adanya MoU dengan kampus Universitas Tribhuwana Tunggadewi (Unitri) di Malang, kami memiliki banyak kesempatan untuk sharing terkait banyak hal di bidang Tri Dharma Perguruan Tinggi. Sewaktu sedang berdiskusi dengan Ibu Nuraini dosen Prodi ARL Unitri, kami berpikir untuk melaksanakan kegiatan pengabdian di Sambas karena kami banyak mendengar cerita dari mahasiswa Unitri asal Sambas tentang fenomena tersebut”. Ujar dosen yang akrab dipanggil Ray tersebut. “Kami mengajarkan dasar-dasar pertanian praktis dari mulai pratanam hingga pascapanen. Serta sedikit ilmu terkait pemasaran. Kami benar-benar bersyukur karena ternyata milenial Sambas sangat antusias sekali” lanjutnya. Ibu Nuraini yang dihubungi melalui telekonferensi di Malang juga menambahkan bahwa selama ini kegiatan pengabdian dianggap mahal dan rumit untuk urusan birokrasi seperti misalnya proposal dan perizinan. “Tapi kami membuktikan asal ada niat tulus, semangat, dan motivasi semua dapat dilaksanakan dengan mudah dan memperoleh hasil yang cukup memuaskan dan tentunya menyenangkan”. Ketika ditanyakan berapa anggaran yang dihabiskan untuk membuat pengabdian tersebut, keduanya kompak mengatakan bahwa mereka hanya membutuhkan akomodasi dan benih beberapa tanaman yang bersumber dari pribadi mereka masing-masing.